“Biasa”

Standard

Ini postingan pertama, namun sudah lama jadi renungan selama ini. kita semua sedikit banyak pasti sudah menghadapi “senang” dan “sedih” nya dunia bukan. banyak hal seperti lulus perguruan tinggi negeri, kena PHK, kena sanksi pendidikan, dapet THR, istri melahirkan, dapet promosi, tidak mencapai target dan masih banyak lagi. ngga usah dikategorikan mana yang “senang” dan mana yang “sedih” kita semua sudah bisa dengan mudah membedakannya bukan?

sekarang coba sekarang kita bayangkan 3 jam kebelakang dari detik anda membaca postingan ini. apakah mengalami salah satu hal yang sebutkan diatas? atau adakah momen besar dalam hidup yang terjadi pada rentang waktu itu? bisa jadi 99% jawabannya tidak ada apa apa. Karena kalau ada mustahil dengan santainya baca postingan orang cupu yang satu ini. hahaha

Ya, justru sebagian besar dari hidup kita adalah rutinitas sederhana yang sangat ‘Biasa’. Sarapan, berangkat sekolah, ibadah shalat 5 waktu bagi yang muslim, bercengkrama dengan teman teman, tidur, dan bahkan buang air. hahaha bener toh? tertawalah, karena dari titik ini kita semua mungkin telah salah.

Menurut saya, Orang hebat bukan orang yang banyak mendapatkan “senang”-nya dunia

Dan bukan orang yang gigih, tegar dan tangguh menghadapi terjangan “sedih”-nya dunia.

Bukan juga orang yang memiliki pengalaman banyak mengarungi keduanya dibandingkan orang lain kebanyakan.

Lalu siapa yang pantas disebut hebat?

Bagi saya orang hebat adalah orang yang menjalani hidup dan sangat sedikit memandangnya sebagai hal yang “biasa”

Ya.

Dia menjalani dunia seperti rutinitas orang kebanyakan, dia makan, bernafas, tertawa, belajar, melihat, duduk…, tapi di setiap nafasnya dia hadirkan rasa syukur akan apa yang rasakan detik itu diatas alam sadarnya. dia memikirkan perjuangan petani saat mengunyah nasi bungkus makan siangnya.

mengingat kasih sayang ibundanya selama ini setiap ia menyentuhkan dahinya ke punggung tangan ibunya setiap hari, mengingat proses fotosintesis saat dia melihat daun, saat berpapasan adik kecil lucu ia mendoakannya agar menjadi anak yang cerdas dan berbakti. saat terjebak macet, tanpa harus mengeluh ia berfikir keras bagaimana dia akan mengurai macet jika suatu saat nanti ia menjadi pengambil keputusan terkait. setiap panca indranya peduli dan terus bergerak mencari hikmah. setiap fenomena kehidupan ia hadirkan diatas alam sadarnya.

Setiap nafasnya adalah renungan, doa, usaha dan solusi.

Dan Baginya dalam hidup ini tidak ada hal yang “biasa”

semoga suatu saat nanti kita semua bisa menjadi seseorang semacam itu. sedikit demi sedikit..

Leave a comment